Kamis, 02 Oktober 2014

Cerpen



 April Mob Sungguhan

Oleh Lana Ainunnisa


Tenggelam dalam lamunanku sambil melihat papan tulis. Membayangkan bekas hapusan tulisan di papan tulis tadi. Yap, dalam pikiranku, tulisan yang sudah dihapus masih saja berbekas, tak mau hilang secara sempurna. Membayangkan hal itu, pikiranku langsung teralih ke kenangan masa lalu. Walaupun sudah tidak terjadi lagi, tapi bekas kenangan tersebut tidak bisa lepas dari ingatanku. Kejadian itu terjadi setahun yang lalu. Jika kupikirkan lagi, kenangan itu sangat indah dilihat tapi sangat pahit jika dirasakan. Yap, aku merasakan hal yang pahit dalam kenangan tersebut, tetapi indah rasanya jika diingat kembali. Jadi, begini ceritanya…
Baru kusadari, ku lihat tanggal 1 April jatuh di selasa esok. Wah, yang kupikirkan bukan April Mob tapi aku mengikuti Olimpiade Fisika pada tanggal itu. Sebenarnya aku agak kesal dengan ini, Mengapa waktu OSK ini baru diberitahu kepadaku pada seminggu sebelumnya ? Persiapan dan latihan pendalaman materi rasanya mustahil dilakukan dalam satu minggu. Yah, mau bagaimana lagi, targetku bukan menang, aku cuma penasaran bagaimana ikut dalam OSK ?. Belajar seadanya, hanya itu yang bisa kulakukan. Kepala sedikit pusing melihat rumus yang berhamburan di atas kertas putih yang berjilid tebal. Aku hanya bisa tertawa dengan hal itu. Prinsipku “Apa yang ada dihapanmu, lakukan ! selama kau masih diberi napas oleh Tuhan mu.
1 Minggu Kemudian….
1 April sudah tiba. Rasa takut, tegang dan biasa aja bercampur. Yah targetku gak tinggi-tinggi banget. Aku ikut aja udah syukur kalo menang kayanya jauh dari harapan. Datang kesekolah lalu masuk ke kelas. Seperti biasa, aku bersama Egy.
“Semoga sukses ya, OSK nya. Aku yakin pasti kamu bisa. Semangat, ya..” kata Egy.
“Aamiin.” aku menanggapinya.
Teman-teman yang lain sama seperti Egy, menyemangatiku, walaupun sebenarnya aku gak terlalu berharap menang untuk OSK ini. Hingga ada dihadapanku melihat temanku, Ista, yang asyik dengan laptopnya. Memang, dia udah terkenal karena IT nya yang keren. Tapi di wajahnya ada suatu yang beda yang sedang dilakukannya. Setelah aku berpikir itu kemudian dia berteriak.
“Hey, semua. Coba lihat ini. Project sejarah kita sudah selesai ku edit loh.” Ista dengan teriaknya. Serentak semua langsung memenuhi meja Ista dan beramai-ramai melihatnya.
“Hahaha.” semua tertawa melihat tayangan tersebut.
Tak tersadar, aku lupa aku OSK pagi ini dan harus ikut rombongan bersama. Segera ku pergi ke lobby piket dan akhirnya ku tertinggal. Aku lapor dengan guruku. Dan guruku marah kepadaku.
“Kamu kok bisa ditinggal sama rombongan sih. Ibu jadi marah kan sudah sekarang. OK, ibu gak bisa ngantar kamu kesana. Kamu tau kan tempat OSK nya ?” tanya guruku.
“Saya tak tahu, bu.” Dengan kepala menunduk ku menanggapi.
“Waduh, ya, sudah. Gini, izinkan satu temanmu di kelas yang tahu tempat OSK nya. Cepat. Mumpung acaranya belum mulai.” desak guruku.
“Ya,bu” lantas aku langsung berlari menuju kelas.
Aku tahu tempat lomba OSK tersebut, yaitu SMA Bakti. Tapi, aku tak tahu jalan menuju kesana. Bawa motor tapi gak tau jalan kan, ya, percuma. Menuju kelas aku melewati kantor guru. Entah kenapa aku langsung bertemu dengan teman sekelasku Ihsan. Salah satu yang sudah menjadi teman baikku ini baru saja keluar dari kantor guru.
“Rin, kenapa panik gitu ? dan lo kenapa belum berangkat ?” tanyanya padaku.
“San, aku ditinggal sama rombongan. Kamu tau SMA Bakti kan ? plis, antarin aku kesana. Ntar aku izinin sama guru metik di kelas.” ucapku tergesa.
“Iya aku tau, Rin. Ok, aku ambil kunci motorku sama sekalian izin.” dengan muka panik, Ihsan pun pergi lari ke kelas.
Ok, kami berdua sama- sama pasang muka panik. Sebelum pergi, aku sudah kasih teguran.
“San, jangan ikutan panik nah, ya. Gak usah ngebut. Ok.” ucapku tenang walaupun juga panik.
“Iya, Rin. Kita pake jalan mana nih supaya cepat ?” tanyanya dengan panik.
“Hey, gasalah yah kamu nanya aku. Aku pun tak tau jalan ke sana apalagi jalan cepatnya. Coba gausah panik gitu nah. Nanti kalo kamu ngebut dan motorku kenapa-kenapa gimana ?” candaku.
“Biarin, kan kamu yang nyuruh. Ya udah deh lewat sini aja. Pikiranku buntu udah mau lewat mana? Padahal aku tau jalannya lewat mana..” ucapnya Ihsan.
“Bukannya udah buntu dari dulu, bukan ? hehe” candaku.
“Heh ? Ish, sembarangan. Ku stopin tengah jalan neh” tanggapnya.
“Oke, oke, Mejoan nih orang.” sindirku.
“Apalagi kau ?” balasnya.
Untuk menghilangkan sedikit panik, di sepanjang jalan, aku selalu mengajaknya bercanda dan bercerita. Tapi kayanya Ihsan tetap saja melaju. Memang kepribadianku dengannya hampir sama. Egy juga pernah ngomong, kalau Rina sudah panik pasti bawa motornya naudzubillah. Walaupun udah diajak becanda dan cerita sampe disetelin lagu slow biar bawa motornya juga keikut slow, tetap aja gak ngaruh. Jalan yang kami lewati memang jauh. Tapi akhirnya sampai juga. Yah, untung gak terlambat, ternyata masih acara pembukaan. Langsung ikut barisan ditengah siswa-siswa yang mukanya ambisius harus menang. Sedangkan mukaku yang sedikit lelah dan terengah-terengah karena pengaruh ngebutnya si Ihsan. Setelah itu, seluruh siswa dipersilahkan memasuki ruangan sesuai mata pelajaran yang diikuti. Fisika, kebetulan aku duduk paling depan tepat di depan pengawas. Susah cari inspirasi dari melihat muka pengawasnya. Jujur saja, walaupun fisika penyelesaiannya melewati rumus, tapi bagiku lewat inspirasi aku bisa menyelesaikan soal. 8 soal dan hanya 1 soal yang ku tau jawabannya. Yah itu wajar menurutku. Aku tidak kesal dan menyesalkan hal itu. Setelah 3 jam, bolak-balik kertas soalnya udah selesai. Itu bagiku bukan bagi yang lain. 3 jam selesai hanya satu soal. Ah, itu biasa. Seusainya, siswa diberi kotak makanan. Baru aku langsung berkumpul satu rombongan sekolahku. Melihat isi dibalik kotak makanan tersebut, aku terhibur. Isinya banyak, lauknya banyak dan itu salah satu makanan favoritku. Rendang dan Puding. Lumayan bisa menghiburku sehabis bolak-balik soal. Sambil menyantap hidangan, aku memasang status di socmed.
“Akhirnya selesai juga. Makanannya enak juga nih…. :v”
Handphoneku berdering lagi. Setelah kubuka ternyata sms dari teman sekelasku, Fida. Pesannya tentang tugas sekolah hari ini dan dia izin buat satu kelompok denganku. Aku membalasnya “Ok. Terserah kalian aja”. Beberapa menit kemudian hpku berdering lagi. Ternyata BBM dari Ihsan.
“Udah selesai nih ? Gimana ? Pasti bisa kan jawabnya ?” tanyanya.
“Alhamdulillah, udah, San. Soalnya Alhamdulillah bisa kujawab.” balasku. Jujur aku tak mau memberi tahu yang sebenarnya. Aku takut dia kecewa.
“Ih enak eh dia makan-makan. Bagi dong! Btw, kamu pulangnya gimana ?” tanyanya lagi.
“Udah abis, sisa aquanya aja nih yang belum kuminum. Gak tau sih, San. Emang kalo naik angkot pake angkot nomor berapa nih biar ke sekolah lagi ?” tanyaku.
“-_-… Di daerah situ mana ada angkot, Rin. Ya udah aku lagi deh yang jemput ke sana. Kesian aku sama kamu. Udah ditinggal baru bingung pulangnya. :v” ledeknya.
“heh ? aku gak bawa uang buat bayar ojekmu. Ongkosmu mahal banget. Gak usah, lagian kan nanti ada lintas minat lagi, kan.? baru ini juga mendung mau hujan, ntar sakit lagi kena hujan.” kataku.
“Udahlah, kali ini ojeknya gratis aja. Kesian aku sama kamu. Aku udah biasa bolos lintas minat. Tenang aja.” jawabnya
“Terserahmu, aja deh. Aku gak maksa. Ini kamu yang maksa” kataku.
“Ok. Tunggu sana sebentar. Gak usah kemana-mana.” suruhnya.
“Iya,” tanggapku.
Rasa kesian dan gak enak terhadap Ihsan. Tapi dianya juga mau sih, ya udahlah. Ku tunggu dia di depan gerbang. Tak lama hujan pun turun dengan lebatnya. Terpikir lagi aku dengan Ihsan. Dia pernah cerita, dia sering sakit dan gabisa kena hujan pasti kena flu. Tambah kesian aku dengan Ihsan. Apalagi dia pake baju sekolah, pasti basahlah nanti. Pikiranku tetap saja kesian. Tak lama, Ihsan pun datang.
“Loh, San, kapan kamu ganti baju ? Baju sekolahmu mana ?” heranku.
“Ada di bagasi motormu, tenang aja.” jawabnya santai.
“Hmhm.. kesiannya. Bentar ada yang kena pilek nih.” sindirku.
“Hahaha…cepat naik sud!” tanggapnya.
Di sepanjang perjalanan menuju sekolah, aku pun bercerita tentang apa yang kualami. Setiap dia bertanya tentang OSK, pasti kujawab biasa aja, soalnya mudah dijawab kok. Aku selalu berbohong, aku takut jika aku bercerita yang sebenarnya membuat dia kecewa. Di sepanjang jalan tersebut kami basah terkena hujan deras. Baju kami basah. Sepatu kami kotor kena genangan air di jalan. Hampir mendekati sekolah, kami melewati sebuah belokan. Ihsan dengan tenang membawa motorku, menyalakan rating dan berbelok hati-hati. Tiba- tiba, ada sebuah sepeda motor yang melaju dari arah samping kami dan menabrak kami. Orang di sekitar pun menyalahkan kami, diduga kami yang menabrak motor tersebut padahal sebaliknya. Yap, anak SMA selalu disalahkan. Maklum, belum punya SIM. Kami hampir dicegat dan tak bisa lari, yang sebenarnya kami adalah korbannya bukan tersangkanya. Untung ada lele penjual salome yang menyaksikan kejadian tersebut dan menerangkan pada warga.
“Pak, Bu, biar lepaskanlah anak ini. Mereka tak bersalah. Mereka sudah berbelok hati-hati dan benar tetapi motor itu yang berlaju kencang dari arah samping sehingga mereka yang ditabrak.” jelas lele penjual salome.
“Pak lele, terima kasih banyak. Untung ada lele yang menyaksikannya. Kalau tidak ada, kami jadi apa sekarang.” ungkapku.
“Iya, sama-sama. Yang benar memang harus dibela” tanggap lele.
“Sekali lagi terima kasih.” serentak kami berdua.
Kami lepas dan melanjutkan perjalanan. Ihsan stop sebentar untuk memakai baju sekolahnya biar gak dimarahin di sekolah. Bener-bener gak enak sama Ihsan. Walaupun sahabat, tapi rasanya tetap gak enak. Akhirnya sampai juga di sekolah.
“Ihsan, kamu gak kenapa-kenapa kan tadi ?” tanyaku.
“Gak papa kok. Cuma ini. Kunci motor lu bengkok. Ini aku kasih + gantungan kuncinya, kesian kuncimu gak ada gantungannya.” kata Ihsan.
“Hah ? Baguslah. Setiap aku ngeliat kunci motor bengkok ini, aku akan ingat jasa kamu. Beh makasih juga. Seharusnya aku yang ngasih kamu sesuatu. Zuhur dulu yok. Aku juga mau pulang. Kan aku di dispen seharian. Tapi aku mau turun pas jam sore.” kataku.
“Aku juga abis zuhur mau pulang. Mau bolos lintas minat aku. Aku juga mau turun pas jam sore.” tanggapnya.
Aku pulang kerumah, memang benar lelah. Aku udah ngambil kesimpulan, hari ini udah kaya April Mob. April Mob adalah hari yang jatuh pada tanggal 1 April dan pada hari itu seseorang akan dikerjain oleh teman atau orang di sekitarnya. Pas pagi aja kaya abis dikerjain orang, ditabrak orang segala. Tapi kejadian ini semua 100 % NYATA. Udahlah cukup untuk hari ini, aku sudah lelah. Aku pulang kerumah tanteku karena mamaku ada disana. Aku tidur. Tepat jam 14.30  aku terbangun dari tidurku. Aku segera bersiap untuk mengikuti jam sore di sekolah. Kuambil kunci motorku dan segera pergi. Tak lama untuk menuju sekolah.
Sampai disana, aku agak sedikit heran melihat suasana kelas. Jadwal hari ini seharusnya ada di Lab. Basing. Aku bingung, tak ada satupun orang disana. Segera ku mengeluarkan hpku dari tasku. Aku ingin menelpon si Egy.
“Egy, kau dimana ? semua anak kelas, kemana ? kenapa kelas ini kosong ?” tanyaku di telpon.
“Anu, Rin, anu.. ”
“Kenapa, gy jangan bikin aku panik nah !” desakku.
“Ibunya Rini meninggal. Jadi kita satu kelas kerumahnya Rini ngelayat. Kamu dimana Rin ?” tanyanya.
“Innalillahi Wa innalillahi roji’un. Ya udah bentar aku kesana. Aku lagi disekolah Gy.”
“Rin, hati-hati dijalan. Jangan ngebut!! Aku gak mau terjadi apa-apa sama kamu.”
“Iya. Insya Allah aku gak ngebut kok.” tanggapku.
Segera ku layangkan kakiku menuju parkiran. Ku nyalakan mesin motorku dan ku pergi. Seakan pesan dari Egy tak kuhiraukan. Kesian si Rini. Sambil membaca shalawat ku memacu motorku. Sesampai disana, ada Egy yang menungguku datang. Tampak suasana duka menyelimuti kediaman Rini. Selama ini tak ada tampang kesedihan di wajahnya hingga hari ini pun ia masih bisa tersenyum dan tak ada setetes air yang jatuh dari matanya. Aku kagum padanya dengan ketabahan dan keikhlasannya. Sesaat jenazah ayahanda dari Rini hendak dikebumikan, kami satu kelas bersiap untuk pergi bersama ke pemakaman. Biasa aku bersama Egy, ada Tyo dan juga Ihsan. Entah mengapa, dikejauhan ada seseorang yang berlari kencang menuju ke arah kami. Ternyata, Dinda, teman sekelas kami. Ada apa lagi ini didalam pikirku. Dengan napas terengah Dinda memulai ucapannya dan membawa sebuah kabar.
“Tyo, Rina, Ihsan, Egy, ada sesuatu hal penting yang ingin ku bicarakan.” ucap Dinda.
“Ya. Ada apa Din ? Ngomong aja. Tarik napas dulu biar tenang.” tanggap Tyo.
“Gimana mau tenang, Tyo, Handycam punya bapakku yang kita pakai pas buat video sejarah hilang!! Tadi aku barusan balik ke kelas tapi handycam itu udah gak ada.” jelas Dinda.
“Astaghfirullah al-ajim.” tanggap kami semua.
Muka pucat dan ekspresi penyesalan terpancar dari seorang Tyo. Maklum saja, dia juga terlibat dalam project sejarah itu. Kesian ku melihat Tyo apalagi Dinda. Aku bingung aku harus bantu apa. Rasanya belum habis satu hari ini. 
“ Ya Allah, ada apa ini. Mengapa hari ini rasanya tak habis. Bumi seakan berhenti berputar, dan kami tetap dalam keadaan bermasalah seperti ini.” gumamku.
Di perjalanan menuju pemakaman, aku pun masih bingung apa yang harus aku bantu. Dan sebenarnya aku pun tak tau tentang persoalan ini. Selama jam pelajaran sekolah aku tak ada di kelas karena aku lagi ikut OSK. Silaunya matahari sore, rasanya tak bisa halangi kami tuk berjalan. Itu yang sedang kupikirkan. Semua masalah pasti ada penyelesaian. Perasaan yang ku alami sekarang takkan ada apa-apanya dengan apa yang sedang dirasakan Rini, Tyo dan Dinda.
Jam 6 sore kutiba di rumah. Makanan yang sudah tersedia di meja rasanya tak ingin ku telan. Aku sudah kenyang dengan hari ini. Nah, karena ini menu di meja ada soto Banjar, rasanya tak tega. Soto Banjar yang selalu menjadi makanan favoritku, seakan ludes akan sekejap. Ku laksanakan solat Maghrib dan berdoa. Mungkin ada sebuah keajaiban dan hikmah akan terjadi nanti. Kupandangi langit kamar, sambil mendengar bunyi detik jam yang sangat teratur. Rasa lelah di badan hilang ketika mata ku pejamkan. Hingga tak kusadar, mungkin akan ada hal buruk yang akan terjadi. ~~~